Jalan - Jalan Jakarta : #VisitPetak9

Warning! Postingan ini tidak halal!

Sebenarnya daerah Petak 9 bukan lokasi baru untuk saya. Di tahun 2014, saya selalu ke daerah Petak 9 setiap bulan untuk sembayang di sana. Tetapi pada tahun 2015, terjadi kebakaran di Kelenteng Jin De Yuan, sehingga akhirnya saya jarang berkunjung ke daerah Petak 9. Sampai akhirnya bulan Januari 2016, saya surprise ketika datang ke Jin De Yuan lagi. Ternyata saya kangen juga dengan suasana Petak 9.

Surprise lagi ketika saya menemukan blog dari Dwika dan saya tertarik untuk mengikuti visit Petak 9. Saya penasaran sih, bagaimana orang yang sudah lama tinggal di Petak 9 melihat Petak 9. Bagi saya sendiri, berjalan di Petak 9 mengingatkan saya dengan kehidupan di Ketapang, Kalimantan. Mengingatkan saya dengan engkoh – engkoh yang pagi hari kongkow – kongkow di kedai kopi sambil baca koran. Kopinya satu cangkir baca korannya dua jam. Belum kalau ngobrol. Berjalan – jalan di Petak 9 mengingatkan saya dengan yam mie Ce Song di Ketapang. Soalnya banyak banget mie di sana.

Yah cukup untuk pembukanya. Mari kita masuk ke acaranya.

Pagi – pagi kita ngumpul dulu dong di halte busway Glodok. Ih ini mah daerah main saya. Soalnya dulu abis pulang kerja dari TA hari Sabtu, saya naik bis dari halte Central Park ke Glodok. Kangen deh. Saya celingukan gitu di sana, Dwika yang mana ya :P Tapi akhirnya ketemu juga. Dwika sendiri orangnya baik. Saya demen ketika dia bercerita, karena ya itu, tujuan utama saya ikut Visit Petak 9 ini kan melihat gimana orang yang lama tinggal di Petak 9 melihat Petak 9. Jadi beginilah rutenya.

Rumah pohon. Ini sebutan saya lho. Kenapa rumah pohon? Karena saking tidak terpakainya, rumah ini jadi ditumbuhi pohon yang menjalar. 2016-02-22-12.13.24.jpg.jpeg

Lanjut menyusuri pasar di Petak 9 dan menuju ke Es Kopi Tak Kie. Ini es kopi susunya enak banget. Saya juga memesan seporsi babi campur dan mie babi. Ih ya ampun surga banget deh makan beginian pagi – pagi. Oh iya, jangan mencari cappucino atau americano yah. Di sini variannya cuma ada kopi atau kopi susu aja. Mentok – mentok juga disuruh pilih mau pakai es atau ngga. Interiornya vintage banget. Kayak di film – film Hong Kong. Model – model kedai kopi singgahannya engkoh – engkoh gitu lah.

[gallery ids="2298,2319,2318,2317" type="circle" columns="4"]

Lanjut lagi ke Toko Kawi yang menjual ham babi.

[gallery ids="2313,2314" type="square" columns="2"]

 

Lalu belok ke Gado – Gado Direksi. Kenapa direksi? Karena banyak petinggi – petinggi kantoran di sana yang makan itu gado – gado. Tempatnya simple banget. Bukan restoran. Menurut kabar burung yang beredar sih (burung siapa yang beredar???) ini gado – gado endeus banget. Sayang saya ga nyoba karena kekenyangan.

CboNNdaUsAIDQtI

Lanjut lagi ke toko Tian Long. Eh ya ampun buset dah, ni toko lucu banget. Pertama kali masuk, kita akan disambut dengan parfum KW. Toko ini banyak menjual kebutuhan rumah tangga. Lain kali kalo saya mau cari pisau dapur yang gede, saya akan ke Tian Long. Bener – bener gede lho pisaunya. Terus macem – macem pula. Selain itu ada jual papan mahjong juga. Lucu banget ya. Naik ke lantai dua, kita bisa melihat mesin – mesin apa itu aneh sekali. Pas lihat harga itu mesin – mesin dapur, saya langsung jiper dong.

2016-02-22-12.10.13.jpg.jpeg

Tian Long di masa lalu


c950cce868b0ed39618d462823b98d3e.jpg
Mahyong Unyu Banget


Chandra. Dan untuk pertama kali saya tahu kalau gedung yang sering saya dan teman saya masuki untuk mencari shampoo itu namanya Chandra. Pertama kali masuk ke gedung ini tu sekitar tahun 2009 atau 2010. Saat itu saya diajak sang mantan (halah~ apa pula ini bahasanya) dan keluarganya muter di Petak 9 nyari kebutuhan salon. Lalu makan – makan pula di dalam gedung Chandra ini. Selanjutnya saya datang ke sini dengan teman saya. Di gedung ini pula akhirnya saya bertemu lagi dengan bedak ular. Ternyata bedak ular sudah banyak variannya. Masuk ke dalam gedung Chandra, kami semua ke foodcourt. Pertama kali masuk cukup shock juga karena langsun serbu oleh orang – orang yang menawarkan makanan. Di sini saya memesan empek – empek. Enak? Iyah pake banget. Lain kali kalau mau cari empek – empek saya ke sini ajalah.


[gallery ids="2310,2311" type="circle" columns="2"]

 

Lanjut ke lantai dua, Chandra menawarkan pemandangan yang menarik. Kalau saya boleh tebak, itu adalah bekas ruangan bioskop atau ruangan pertunjukan yang disulap menjadi mesin main dingdong. Dingdongnya pun sudah jadul banget. Harga per koin Rp 1.750,- dan kita bisa mencium wangi gedung tua yang menguar di sana. Di lantai dua ini juga kita bisa melihat encek – encek lagi karaoke. Live. Ditonton sama encek – encek lainnya.

[gallery ids="2348,2328,2327" type="circle"]

[gallery ids="2308,2307,2306" type="circle"]

Lanjut ke lantai tiga, kita bisa menemukan ahli ramal. Atau barangkali ingin mencari tempat pijat juga ada. Oh iya, ada juga dua buah ruangan yang bisa digunakan untuk latihan karaoke sebelum live di lantai dua.

img_20160220_231345.jpg
Pintu ini menuju ke... 


Dari Chandra kami melanjutkan perjalanan ke Kelenteng Toa Se Bio. Yah seperti yang diketahui oleh orang – orang bahwa berjalan dari satu kelenteng ke kelenteng lainnya adalah salah satu hobby saya. Kelenteng Toa Se Bio hari itu penuh dengan ornamen warna merah. Cantik sekali warnanya. Jangan lupakan soto tangkar di depan kelenteng ini dong. Saya sih belum pernah makan, cuma saya dengar memang enak.


2016-02-22-12.11.41.jpg.jpeg


Lalu berlanjut ke Gereja Santa Maria de Fatima. Kental sekali nuansa Chinanya. Di depan pintunya aja ada dua singa yang biasanya ada di bangunan – bangunan China. Lalu masuk ke dalamnya, ada gambar Yesus dengan mata sipit. Seriously! Hahaha ini benar – benar unik sekali. Lalu masuk ke dalamnya, saya langsung ke sebelah kiri, ke arah patung Yesus dan berdoa. Baru saya ke sebelah kanan, ke arah patung Bunda Maria dan berdoa. Setelah itu saya baru mengambil foto Gereja ini. Konon (jangan dibalik) menurut cerita, dulu ini gereja ga China banget sih. Cuma makin disorot, mulai diperbaharui dan diperkental ornamen Chinanya.


[gallery ids="2304,2302,2305" type="square"]

Lanjut dong ke Kelenteng Jin De Yuan. Vihara tertua kedua di Jakarta, berumur hampir 500 tahun (yang tertua ada di Ancol, usianya hampir 600 tahun). Konon istilah kelenteng berawal dari kelenteng yang satu ini. Dulu namanya kelenteng ini adalah Kwan Im Teng, tetapi lama – lama mengalami asimilasi menjadi kelenteng karena lebih mudah orang untuk menyebutnya demikian. Tetapi karena sempat terbakar, akhirnya kelenteng ini dibangun lagi dan disebut dengan Kelenteng Jin De Yuan yang berarti Kelenteng Kebajikan Emas. Eh siapa sangka di tahun 2015, kelenteng ini terbakar lagi. Tetapi saat ini kelenteng ini sedang dibangun ulang.

Lanjut ke bakpao Ming Yen yang terletak di dekat kelenteng Jin De Yuan. Bakpaonya gede – gede. Wangi pula. Sayangnya hari itu, malamnya saya mau pergi ke El Greco untuk makan jadi saya ga berani beli karena takut ga habis.

img_20160220_231335.jpg

Lanjut ke salah satu gang di dekat Toa Se Bio, ada yang jual cempedak goreng. Enak deh cempedaknya manis.

2016-02-20-15.39.35.png.png

Lanjut lagi dong kami ke rumah makan Siauw A Tjiap. Ayam rebus lapis ham babi sama udang tumisnya enak banget. Selesai makan dikasih voucher dong, tapi satu voucher cuma Rp 2.500 ajah. Lumayanlah daripada ga dapet.

CbpGEn-UYAAXrz0

Sepertinya itu saja summary kunjungan ke Petak 9 kali ini. Sekarang saya tahu tempat makan yang enak di Petak 9. Hore!!!

[gallery ids="2347,2333,2343,2350,2325" type="rectangular"]

Gerombolan si Berat. #visitpetak9 isinya banyak makan


2016-02-22-12.12.51.jpg.jpeg


Oleh - oleh dari Petak 9


[gallery ids="2353,2352,2351" type="circle"]

Kata Dwika, sore itu suasana di Petak 9 ramai banget. 


Photo credit : @dwikaputra, @vinchentiaa, @ibupenyu, dok. pribadi

Comments