Renungan Pindapata 2018


Kemarin gw ada ikut acara Pindapata di Glodok. Bagi yang ga tau acara Pindapata itu apa, Pindapata adalah persembahan kepada para Bikkhu / Bhikkuni. Pinda berasal dari bahasa Pali yang artinya menerima persembahan makanan, sedangkan patta berarti mangkok makanan yang digunakan oleh para Bhikku / Bhikkuni. Pindapata dilakukan dengan cara para Bhikku / Bhikkuni berjalan dengan kepala tertunduk sambil membawa patta untuk menerima persembahan dari umat. Para Bhikku / Bhikkuni tidak boleh meminta kepada umat tetapi umatlah yang dengan kesadaran dan keinginannya memberikan persembahan kepada para Bhikku. Itu profil singkat dari Pindapata ya.


Jadi pada hari Minggu, kuturut pacar ke daerah Kota di Glodok. Naik gojek kududuk di belakang Kududuk belakang bang gojek yang membawa motor. Mengendarai motor supaya baik jalannya.


Sekitar jam 9 gw sampai di depan LTC. Sudah banyak sekali umat yang berdiri di sana, ingin memberikan persembahan. Karena yang mau memberi persembahan banyak sekali sampai meleber melebihi batas yang disediakan panitia, seorang panitia menegur kami (termasuk gw) untuk pergi ke seberang saja karena lokasi sudah terlalu penuh. Pengaturan lalu lintas jadi kurang baik karena mobil mau belok susah dan parah bhikku yang mau mengitari jalan pun susah. Panitia mengatakan bahwa kalau melebihi garis batas, tidak diperkenankan memberikan persembahan lagi.


Beberapa peserta yang merasa kesal memarahi panitia. Mereka bilang tujuan mereka memberikan persembahan tapi mengapa dihalang – halangi dengan aturan seperti itu. Gw sendiri pun sejujurnya sempat kesal. Tapi gw memutuskan untuk berjalan ke seberang saja. Lagian gw cukup kasihan dengan panitia, mereka berusaha menertibkan orang – orang yang akan memberikan persembahan demi kebaikan bersama.


Saat akan menyeberang, gw melihat bahwa di dekat jembatan ada bhikku yang mau berjalan. Kebetulan tempatnya sepi, gw memutuskan untuk memberikan persembahan di sana saja. Di sana tidak terlalu ramai sehingga gw lebih mudah memberikan persembahan.


Selesai memberikan persembahan, gw jalan ke atas jembatan dan melihat ke keramaian dari atas sana. Gw seperti disadarkan satu hal yang membuat gw malu. Kami peserta yang ingin memberikan persembahan terlalu sibuk melihat sosok Bhikku  sehingga kita sangat ingin memberikan persembahan kepada mereka. Tapi kita melupakan sesuatu bahwa persembahan bukan hanya bisa diberikan kepada Bhikku saja, persembahan juga bisa kita berikan untuk orang lain.




  1. Dengan menuruti saran dari panitia, maka kita sudah memberikan persembahan kepada panitia untuk memudahkan mereka bekerja.

  2. Dengan menuruti saran dari panitia, maka kita sudah memberikan persembahan kepada para pengguna jalan agar lalu lintas bisa berjalan dengan lebih lancar dan juga mengurangi tingkat kebetean pengguna jalan karena lalu lintas yang semerawut.

  3. Dengan tidak ngomel ke panitia yang berusaha menjaga ketertiban di jalan, kita sudah memberikan pesembahan kepada panitia agar mereka bisa bekerja lebih maksimal dan menjaga perasaan mereka yang sudah bersusah payah mengadakan acara dan mengatur jalannya acara sehingga para umat memiliki kesempatan berdana kepada Bhikku.

  4. Dengan ikut mengatur ketertiban jalan, kita sudah memberikan persembahan kepada para Bhikku agar mereka bisa berjalan dengan aman, menghindarkan mereka dari pengendara kendaraan.


Ternyata dengan memberikan persembahan rasa sabar saja kita sudah banyak membantu orang lain. Dengan memberikan persembahan tidak mengomel saja kita sudah menjaga perasaan panitia. Ternyata persembahan itu banyak bentuknya dan kita bisa melakukan persembahan berupa kebaikan hati dan rasa sabar. Inilah hal yang sering kita lupakan. Kebaikan itu memiliki banyak bentuk.


Lalu kemarin Mr. Y saat memberikan persembahan, ada seorang ibu tua datang dan bertanya apakah dia boleh minta sebungkus. Gw tanya ke Mr. Y dan Mr. Y memberikan satu bungkus kepada ibu tua itu. Seharusnya kebaikan bukan hanya diberikan kepada pemuka agama, kebaikan juga diberikan kepada orang yang membutuhkan. Dua hal inilah yang gw renungkan di acara Pindapata kemarin. Bahwa kebaikan dan dana tidak hanya dalam bentuk materi tapi juga dalam bentul moril. Bahwa kebaikan dan dana tidak hanya diberikan kepada pemuka agama tetapi kepada semua orang di sekitar kita.


Sekian renungan dari Pindapata 2018. Semoga Semua Makhluk Berbahagia.


NB : Oh iya untuk sumbangan di acara Pindapata ini. Akan coba gw jawab ya. Setahu gw sumbangan di acara ini akan didistribusikan ke orang - orang tidak mampu dan membutuhkan. Ke beberapa panti asuhan juga. Untuk para Bhikku juga (misalnya beras, odol, sikat gigi, dll). Karena setahu gw dalam agama Budha, para Bhikku ga boleh memakai sesuatu secara berlebihan. Hanya secukupnya saja supaya menghindarkan diri dari kemelekatan.

Comments