You Pay What You Eat

Tulisan ini merupakan padangan gw secara pribadi. Jadi kalau ada yang merasa ga sesuai ya gapapa. Tapi gw berharap ada yang bisa kalian petik dari padangan gw ini.


Dibesarkan dalam kerpecayaan Kong Hu Cu, bersekolah di sekolah Katolik semasa SD, mempelajari agama Budha semasa SMP dan SMA membuat gw mempunyai banyak pandangan mengenai agama. Tapi bukan itu yang mau gw bahas. Yang mau gw bahas adalah tentang pandangan gw mengenai Karma. Kalau ada satu kekuatan di dunia yang sangat gw percayai, itu adalah karma. Melebihi apapun di dunia ini.


Gw tidak akan membahas neraka di post ini. Karena gw ga tahu apakah neraka (yang berupa tempat penyiksaan) itu ada. Gw juga bukan orang yang bisa membuktikan karena gw dalam kehidupan ini belum pernah ke sana. Tapi gw pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa :


Kenapa kamu harus memikirkan surga dan neraka? Mengapa harus memikirkan kehidupan setelah kematian? Hiduplah pada saat ini. Ketika kamu merasa sedang berbahagia, itulah surga bagimu. Ketika kamu merasa sedih dan tertekan, itulah nerakamu. 


Manusia hidup di dunia tentu saja ingin mengejar kebahagiaannya. Pada beberapa orang, kebahagiaan dalam hidup adalah suatu tujuan. Bagi gw kebahagiaan adalah suatu proses. Mengapa? Karena bagi gw tidak ada tujuan itu berbahagia. Bahagia bisa didapatkan dari proses kehidupan keseharian manusia. Coba gw beri contoh.


Kalau orang pacaran, mereka pasti mengharapkan kebahagiaan dari pasangannya. Tapi apakah berarti kalau sudah berpacaran mereka pasti mencapai suatu tujuan? Belum kan. Pacaran itu untuk step selanjutnya. Yaitu menikah. Lalu apakah dengan menikah bisa disebut bahagia? Belum karena pasti manusia maunya bisa menikah hingga maut memisahkan. Lalu apakah kalau sudah menikah dan bersama sampai maut memisahkan sudah bisa disebut bahagia?


Maka menurut gw, bahagia ada di dalam proses tersebut. Saat berpacaran, pertama kali gandengan tangan pasti bahagia. Tapi kalau sudah lama gandengan terus, ya rasanya biasa saja. Saat menikah dan mempunyai anak, bahagia sekali rasanya. Tapi kalau anak sudah mulai gede dan bandel, pasti muncul konflik. Jadi apakah bahagia merupakan suatu tujuan? Bagi gw tidak. Bahagia didapat dari suatu proses dalam hidup.


Menurut gw lagi, kebahagiaan manusia sangat terikat kuat dengan karma masing - masing. Karena karma baik akan memberikan buah yang baik yang membuat manusia bahagia, begitu pula sebaliknya.


You pay what you eat. Kalau lo habis makan, tentu lo harus bayar. Lo bisa kabur ga mau bayar, tapi suatu saat lo akan tertangkap dan tetap harus membayar, bahkan mungkin harus membayar lebih.


Jika kamu berbuat sesuatu, maka kamu harus membayar hal tersebut. Kamu bisa mengelak untuk membayar apa yang kamu lakukan, tapi mengelak dari membayar atas apa yang kamu lakukan hanya akan menimbulkan bunga di masa depan. 




Gw ambil contoh ya :
Panggil saja namanya Mawar. Mawar pergi makan di salah satu restoran fancy. Namanya restoran fancy ya, makanannya enak (saat ini merasa bahagia) tapi harganya juga mahal (ada harga yang harus dibayar). Makin enak makanannya, makin mahal harganya. Tentu saja harga sepiring spaghetti di restoran itu beda dong dengan harga sepiring steak. Kenikmatannya juga berbeda. Tentu saja lebih enak makan steak.


Saat bill datang, keluar tuh tagihan katakanlah sekian juta. Wih, Mawar kaget dong (mulai tidak bahagia karena harganya mahal). Mawar pun berpikir. Hmmm... Enaknya gimana ya. Tentu saja Mawar mempunyai pilihan. Tergantung pilihan mana yang Mawar ambil, itu akan mempengaruhi hidup dia.

Pilihan 1


Mawar memilih untuk bayar aja deh langsung. Minggu depan mau ga mau dia makan popmie di pagi hari ama promag di malam hari. Mawar berpikir : "Mau gimana lagi udah gw makan, lagian enak juga. Nikmatin aja, syukurin aja." Eh ternyata besok lusa, Mawar mendapatkan kabar kalau proyek dia ternyata goal dan bisa mulai dia kerjakan. Artinya bakal ada pemasukan lagi. Jadi selama seminggu ini Mawar ga harus makan popmie ama promag, dia tetep bisa makan enak. Bahkan kalau beruntung bisa makan di restoran yang sama lagi.


Pilihan 2


Mawar memilih untuk kabur. Pura - pura mau ke toilet padahal kabur. Daripada makan popmie campur promag. Ternyata keesokan harinya ada polisi di depan rumahnya. Mereka mau menangkap Mawar yang kabur tanpa membayar. Mawar meminta ampun dan berjanji membayar. Tapi menurut polisi, pemilik restoran menolak untuk melepas begitu saja dan maunya walau membayar pun tetap diproses sesuai hukum. Biar kapok katanya. Akhirnya mau ga mau Mawar tetap harus membayar makanannya. Tapi dia juga harus berurusan dengan polisi dan harus keluar uang untuk membayar pengacara. Selain itu juga proyek Mawar yang goal tidak bisa dia kerjakan karena harus berurusan dengan polisi. Padahal kalau Mawar memilih untuk membayar, keluarnya pun tidak banyak dan dia membayar pun hanya sebanyak yang dia makan.



Gw ambil contoh lagi yang rada ekstrim kali ya.
Sebut saja namanya Dudu. Dudu adalah seorang player. Dia suka berganti - ganti pacar. Pacarnya saat ini adalah Mawar (kasihan Mawar dibawa - bawa terus). Karena kebablasan dan ketololan Dudu yang lupa memakai kondom, akhirnya Mawar hamil.

Pilihan 1

Dudu dengan gentle datang kedepan orang tua Mawar walau mendapat tonjokan satu kali di muka. Dudu menikahi Mawar, keduanya memilih tidak melihat kebelakang lagi. Dudu memilih untuk jadi ayah yang baik, membentuk keluarga dengan Mawar, anak - anaknya juga dididik dengan baik. Pada akhirnya orang akan melihat keluarga Dudu sebagai keluarga yang baik walaupun dimulai dengan tidak baik.

Pilihan 2

Dudu mau ga mau menikah dengan Mawar hanya untuk memberi status pada anaknya. Selesai melahirkan, Mawar memilih untuk bercerai dengan Dudu. Dudu yang jiwa playernya terbebas dari sangkar, menemukan banyak tempat berlabuh. Bebas untuk sementara waktu, ternyata Dudu divonis terkena HIV. Sekarang jiwa playernya mau tidak mau terkekang karena tidak mungkin dalam keadaannya yang terkena virus HIV ini malah meniduri cewek lain kan. Selain itu dia juga harus mengeluarkan banyak uang untuk mencegah penyakitnya semakin parah. Ia juga harus menjaga daya tahan tubuhnya. Tapi dia kan selama ini player, mantan istrinya mana peduli lagi, anaknya yang tahu ayahnya memperlakukan ibunya dengan tidak baik pun tidak mau mendekat. Pada akhir hidupnya, sendirian, kesepian, dan uangnya habis untuk membiayai pengobatannya. Ternyata kebebasan itu hanya sementara. Bayarannya mahal.

Pilihan 3

Dudu kabur. Mana mau dia disuruh nikahin anak orang. Dia kan player. Jiwa kebebasannya akan terkekang. Ayah Mawar yang marah, melaporkan Dudu pada polisi. Dudu ditangkap, ayah Mawar ga sudi punya menantu pecundang. Dijebloskanlah Dudu ke kantor polisi. Saat keluar dari penjara, Dudu terpaksa bekerja serabutan. Akhirnya jiwa yang terkekang itu bebas dari penjara. Bekerja serabutan untuk membiayai hidup dan keplayerannya. Akhirnya sama dengan pilihan no 2.

Ini gw cuma kasih contoh ekstrim saja. Tentu saja pada kenyataannya tidak sesimple ini karena banyak sekali probabilitas yang bisa terjadi dalam hidup ditentukan karma baik dan karma buruk yang kita perbuat. Tetapi yang mau gw tekankan adalah, tidak ada yang bisa terbebas dari semua tindakan yang kita perbuat. Tidak ada yang namanya mengorbankan hidup atau masa depan. Yang ada hanyalah membayar kesenangan yang sudah diambil di awal saja.




Di contoh pertama, Mawar tidak mengorbankan hidup atau masa depannya dengan memilih makan mie campur promag. Dia cuma membayar kesenangan atas makanan yang sudah dia makan di awal saja. Dia bisa memilih makanan lainnya, tapi karena dia memilih memakan makanan mahal itu ya dia harus bayar.


Di contoh kedua, saat Dudu memilih pilihan pertama, dia tidak mengorbankan hidup dan masa depannya dengan menikahi Mawar. Dia cuma membayar atas kesenangan yang dia lakukan di awal saja. Dia bisa memilih untuk tidak mengikuti keinginannya, tapi karena dia sudah memilih untuk mengikuti itu, ya dia harus bertanggung jawab. Dia pun bisa memilih bentuk tanggung jawab yang dia inginkan apakah tanggung jawab seperti pilihan pertama atau kedua.



Jadi lo bisa memilih mau membayar kontan atau kabur dari membayar. Masalahnya kalau lo kabur dari membayar apa yang lo makan, lo akan dikenakan bunga untuk itu. Itulah konsep karma menurut gw.


Dhammapada 246 - 248 :
Orang baik, ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak mudah mengendalikan hal - hal yang jahat, jangan biarkan keserakahan dan kejahatan menyeretmu ke dalam penderitaan yang tidak berkesudahan. 


Jangan bahas contoh jelek ya. Mari kita bahas contoh karma yang bagus. Kali ini kisah nyata.




Ceritanya bermula ketika suatu hari ayah Alexander Fleming menolong Winston Churcill muda yang nyaris tewas tenggelam di rawa hisap di dekat rumah ia tinggal. Ayah Churcill berterima kasih sekali dan menawarkan sejumlah uang dan harta. Hal itu ditolak oleh ayah Fleming. Ayah Churcill yang merupakan seorang bangsawan tetap berupaya membalas budi baik dari ayah Fleming dengan menyekolahkan Fleming. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa anak yang disekolahkannya pada akhirnya sekali lagi menyelamatkan nyawa Churcill dengan penisilin yang ditemukannya.



Apakah kebaikan ini berbunga? Menurut gw sih iya.


Berkat kebaikan kecil ayah Fleming membantu Winston, Fleming mendapatkan kesempatan bersekolah dan menjadi penemu penisilin yang membantu banyak manusia di dunia. Namanya dikenang karenanya.


Berkat kebaikan kecil ayah Winston membantu Fleming, Winston sembuh dari penyakit yang dideritanya dan menjadi Perdana Menteri Inggris yang berperan besar pada kemenangan Sekutu terhadap Jerman di PD II. Namanya dikenang karenanya.


Contoh lain lagi.




Billy Ray Harris mungkin hanya seorang tunawisma di kota Kansas. Suatu hari saat ia menemukan cincin berlian dalam koin cangkir penadah uangnya. Awalnya dia memang tergoda untuk menggadaikan cincin tersebut seharga US$ 4000 tapi akhirnya ia memilih untuk menyimpan cincin tersebut dan menunggu sampai ia dapat mengembalikannya kepada pemiliknya. Pemilik cincin tersebut bahagia sekali saat mendapatkan cincinnya kembali. Ia menceritakan hal tersebut di sebuah situs online dan meminta warganet menyumbang untuk Harris. Akhirnya ia mendapatkan uang sebesar US$ 185.000 dan dapat berkumpul kembali dengan keluarganya yang sudah lama tidak ia temui.



Apakah kebaikan ini berbunga? Menurut gw sih iya. Harris bisa menjual cincin itu sebesar US$ 4.000 dan yang ia dapatkan hanya uang untuk memenuhi kehidupannya beberapa hari. Dan mungkin (pengandaian ekstrimnya ini) kalau pemilik cincin tersebut melacak cincin itu dan berhasil menemukan lalu mengetahui siapa yang menjual cincin itu, bisa saja Harris masuk penjara, mendapat perlakuan buruk dari sesama tahanan lain, dsb. Ya kita tidak akan pernah tahu karena ini tidak pernah terjadi.


Dengan kesabarannya menunggu dan mengembalikan uang itu, mengabaikan rasa lapar dan kesempatan untuk mendapatkan tempat berteduh sementara, Harris berhasil berkumpul lagi dengan keluarganya dan mendapatkan uang untuk membeli rumah, mobil, dan membiayai kehidupannya.


Ya, karma yang baik itu buahnya sungguh manis.


Terakhir dari gw adalah, jangan melakukan kebaikan karena ingin karma yang manis. Lakukanlah kebaikan tanpa memikirkan balasan. Lakukanlah kebaikan karena memang hatimu baik. Dunia ini adil. You get what you pay, you pay what you eat.


Terima kasih sudah bersedia membaca coretan ngalor ngidul gw ini. Gw berharap kalian bisa menangkap intinya dan mendapatkan sesuatu dari tulisan gw ini.

Comments